KESALAHAN PENDIDIK SEBAGAI
“GURU”
DAN DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR
Guru
dalam istilah jawa mempunyai makna filosofi yang sangat dalam. Kata “guru”
berarti “digugu dan ditiru” dalam bahasa Indonesia adalah “dipercaya dan
dicontoh”. Dua kata ini mempunyai makna bahwa guru adalah orang yang dapat
dipercaya semua pembicaraannya. Jujur dalam berkata. Dalam Islam telah
dicontohkan dengan perilaku Rosululloh SAW., yang mana pada jahiliah tersebut
yangmana orang-orang quraisy masa itu mempuyai banyak kebiasaan buruk yang
sangat tidak sesuai dengan predikatnya sebagai manusia, Tetapi Rosululloh
dikenal sebagai orang yang tidak pernah berbohong. Sehingga beliau dikenal
dengan sebutan “al amin”. Demikian pula dengan perbuatan beliau yang selalu
sesuai dengan apa yang dikatakan. Sehingga beliaulah yang bisa dijadikan
teladan bagaimana seharusnya guru
yang sebenarnya. Guru yang bisa digugu dan ditiru. Guru yang bisa dicontoh
kejujurannya dan akhlak / perilakunya.
Seorang
pendidik yang belum bisa menjadi “guru”yang
sebenarnya –sesuai dengan falsafah jawa- bisa diakibatkan oleh beberapa sebab
antara lain :
- Kurangnya ilmu, baik itu ilmu agama atau ilmu pendidikan itu sendiri
- Mengajar tidak lebih dari sekedar pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi
- Memberi batas tentang definisi, tugas dan kewajiban seorang guru hanya di sekolah
Berkaitan dengan ketidak mampuan
guru menjadi “guru” yang sebenarnya
mengakibatkan beberapa hal antara lain :
Ø Menurunnya
citra guru di masyarakat (Kalau guru jaman dahulu sangat dihormati oleh semua
lapisan masyarakat, tetapi sekarang banyak masyarakat menyamakan profesi guru
dengan profesi lain sehingga rasa hormat masyarakat terhadap guru tidak seperti
jaman dahulu)
Ø Kurangnya
kepercayaan wali murid terhadap guru, hal ini berakibat kepada kurang
harmonisnya komunikasi antara guru dan wali murid (kalau jaman dahulu orang tua
menyekolahkan anaknya di sebuah sekolah tertentu sekaligus menyerahkan
pendidikan anaknya kepada guru sehingga tidak pernah ada walimurid yang menuntut
guru di pengadilan)
Ø Secara
psikologis, tansinternalisasi nilai/pelajaran kepada anak didik sulit untuk
dicapai.
Apa yang harus dilakukan seorang
pendidik agar menjadi “guru” yang sebenarnya (guru yang jujur dan menjadi
teladan)
1. Memperdalam pengetahuan agama. Karena dengan
kesadaran beragama yang tinggi mempunyai efek yangdangat positif terhadap
perilaku seseorang
2. Guru adalah profesi yang mulia dan mempunyai
tanggungjawab besar terhadap anak didik baik dimasa sekarang maupaun yang akan
datang. Sehingga apa yang dilakukan/dikerjakan baik itu di sekolah maupun di
luar sekolah harus dipertimbangkan dengan matang karena dirinya selalu dilihat
olah orang lain
3.
Membentuk hubungan antara guru dan murid
sebagaimana sebagaimana anaknya sendiri.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar